Kamis, 26 Maret 2009

Pete Wentz Fall Out Boy


Basis Fall Out Boy ini memiliki nama lengkap Peter Lewis Kingston Wentz III. Ia terlahir di Wilmette, Illinois, AS tanggal 5 Juni 1979. Sebelum bergabung dengan Fall Out Boy, Pete sempat bergabung dengan banyak grup band termasuk Firstborn, Arma Angelus, 7 Angels of the Apocalypse / Culture of Violence, Extinction, Forever Ended Today, dan Yellow Road Priest.

Sebelum memutuskan untuk terjun ke dunia musik, Pete sempat menekuni olahraga sepak bola. Selepas SMA, Pete juga sempat kuliah di DePaul University dan mengambil jurusan ilmu politik. Sayang ini hanya berumur satu semester saja lantaran Pete merasa yakin bahwa musik adalah dunianya.

Selain menjadi pemusik, Pete juga sempat menerbitkan sebuah buku berjudul The Boy With the Thorn In His Side yang menurutnya berisi cerita berdasarkan mimpi buruk yang sering ia alami semasa kecil dulu. Saat ini Pete juga sedang menulis buku bersama William Beckett yang berjudul The Academy Is....

Pete juga tercatat memiliki bisnis Clandestine Industries yang bergerak di bidang distribusi buku, pakaian serta merchandise lain. Satu usaha lain yang juga digeluti Pete adalah klub malam bernama Angels & Kings di New York.

Sekilas Jordan Rudess Dream Theater


Jordan Rudess (lahir dengan nama Jordan Rudes pada 4 November 1956) adalah pemain keyboard band progresif rock Dream Theater.


pria asal israel ini bermain dengan keyboard aliran progressive metal,progressive rock,Instrumental,Jazz fusion dan new age.Pria ini memainkan keyboard,continuum,dan lap steel guitar.mulai bergabung dengan dream theater pada tahun 1981 untuk menggantikan keyboardist sebelumnya.karier sebelumnya adalah dengan band experiment,band liquid tension,dixie dregs dan kemudian bergabung dengan dream theater hingga saat ini

Enjoy Musically

™TrutH_GOD_CorP™


Sekilas John Myung Dream Theater


Kedahsyatan Raja Bas Introvert

John Myung salah seseorang yang berhasil mencapai prestasi dalam bidang dan cara yang diinginkannya.

Bass guitar. Dalam bahasa Indonesia dapat disebut "gitar bas", alat musik yang baru "dilahirkan" pada abad kedua puluh oleh Leo Fender, alat musik yang menjadi kebutuhan standar band (kelompok musik) dengan format combo (untuk membedakan dari format big band maupun concert/symphonic band). Perannya amat penting: membunyikan nada rendah (bas) yang menjadi "akar" dalam harmonisasi musik.

Karena format combo menjadi amat populer dan merakyat (menjelang akhir abad kedua puluh pengertian "band" dalam penggunaan sehari-hari hampir pasti ber-konotasi format combo), maka kebutuhan akan gitar bas menjadi sangat tinggi. Pada awalnya, hal ini tidak terlepas dari kepraktisan menggunakan gitar bas dalam band untuk memerankan fungsi bas di atas, dibanding instrumen bas lainnya seperti kontrabas atau tuba. Lebih mudah dirawat, dibawa, relatif murah, dan dapat diamplifikasi. Pada masa kini, kata bassist dalam penggunaan sehari-hari hampir pasti berarti pemain gitar bas dan bukan pemain alat bas lain di atas.

Sekalipun dalam musik Barat peranan instrumen bas sebagai instrumen solo sudah relatif lazim sejak sebelum gitar bas lahir, pada awalnya peranan gitar bas umumnya terbatas dalam memberikan fondasi bas dalam struktur harmoni musik. Sebenarnya hal ini bukanlah kekurangan, bahkan sangat esensial. Namun, dalam perkembangannya, keinginan mengeksplorasi gitar bas lebih dari fungsi tradisionalnya tak terbendung. Pembatasan fungsi tersebut kadang terasa membosankan bagi pemainnya.

Maka, sejak gejala counterculture menjelang akhir dekade 1960-an, muncullah para pionir seperti Jack Bruce, Jaco Pastorius, Chris Squire, dan Stanley Clark, yang belakangan diikuti sederetnama lain seperti John Pattitucci, Victor Wooten, atau Stuart Hamm yang telah mengangkat fungsi gitar bas sehingga menjadi instrumen yang lebih menonjol, sehingga pemainnya tampil sebagai virtuoso (simak concerto bass guitar dengan orkestra ciptaan Jon Lord dengan soloist Roger Glover sebagai movement dari Gemini Suite). John Myung, bassist band progressive metal Dream Theater, adalah salah satu penganut tradisi bassist virtuoso ini.

Dream Theater lahir pada dekade 1980-an dengan konsep menggabungkan warna musik metal hair band yang trendi (saat itu) dengan warna pop AOR dan progressive rock gaya 1970-an. Karena progressive rock itu sendiri sudah merupakan konsep musik liberal dan merupakan dialektika yang dapat mengandung elemen tradisi musik seriosa ("klasik") barat, jazz, musik etnis maupun eksperimentasi avant garde, maka penggabungan progressive rock dengan metal menjadikan musik mereka terdengar rumit. Namun, karena faktor dominan dalam musik mereka tetap unsur metal dan AOR-nya (disertai penghindaran elemen avant garde maupun jazz dalam warna progressive rock-nya), Dream Theater menjadi sebuah band yang populer dan kerumitan musiknya malah menjadi sesuatu yang menambah daya tariknya (tidak terasa "asing"). Bahkan Dream Theater kemudian dianggap memelopori subgenre baru, yaitu progressive metal (prog metal). Myung, sebagai bassist-nya, menjadi terkenal sebagai salah satu virtuoso gitar bas kelas dunia.

Introvert dan tidak banyak bicara, John Myung tampak lebih suka berbicara dengan instrumennya. Demikian kesan saat menyaksikan workshop Myung di Balai Sarbini yang diselenggarakan oleh Yamaha Corporation Japan bekerja sama dengan PT Yamaha Musik Indonesia Distributor, Jumat 25 Februari yang lalu. Myung memperagakan kepiawaian teknis yang memukau. Ia memiliki teknik fingerpicking seperti teknik gitar klasik, namun menggunakan tiga jari tangan kanan untuk memainkan tangga nada (jari manis, tengah, dan kelingking), di luar standar gitar klasik yang umumnya melakukannya dengan dua jari. Dengan demikian, Myung lebih mudah bermain dengan kecepatan tinggi. Petikannya pun bertenaga sesuai dengan warna musik metal yang dimainkannya.

Kelebihan Myung memang pada teknik bermain dengan kecepatan tinggi, sesuai tuntutan musik Dream Theater. Kemampuan sedemikian sudah barang tentu menuntut disiplin berlatih yang tinggi. Disiplin tersebut tampaknya sudah mendarah daging dalam diri Myung, yang sejak usia lima tahun mempelajari biola selama 10 tahun.

Sejatinya Myung adalah seorang rocker, dan idiom bermainnya pun tunduk pada tradisi bassist rock. Tiga bassist besar yang diakuinya paling mempengaruhinya adalah Chris Squire (Yes), Geddy Lee (Rush), dan Steve Harris (Iron Maiden), semuanya bassist rock. Namun, sebagai musisi yang tumbuh di era modern, Myung pun mempelajari teknik para bassist jazz, seperti ditunjukkannya dalam workshop-nya dengan memainkan harmonics yang diambil dari konsep Jaco Pastorius. Sebagai mantan mahasiswa Berklee College of Music, tidaklah mengherankan apabila Myung dapat memainkan berbagai gaya musik. Ia pun dapat, misalnya, melakukan teknik slapping seperti ditunjukkannya pada workshop-nya terdahulu di Jakarta beberapa tahun silam. Namun, ia tetap seorang rocker dan telah memiliki kematangan jiwa seorang artis untuk mengambil sikap. Penolakannya memainkan slapping kali ini (sekalipun diminta) dengan alasan tidak menyukai teknik tersebut (seraya mengingatkan bahwa ia telah mendemonstrasikannya di Jakarta pada workshop-nya terdahulu), menunjukkan kematangan sikap tersebut.

Myung adalah seorang technical virtuoso, namun tidaklah menonjol sebagai penjelajah harmoni dan melodi. Dream Theater cenderung selektif dalam menyerap elemen-elemen progressive rock. Seperti layaknya band progresif, Dream Theater juga mengadopsi teknik komposisi musik seriosa barat modern, namun dari tiga mazhab utama awal abad kedua puluh (neoklasik, ekspresionisme, dan impresionisme), hanya unsur neoklasik (Stravinskian)-lah yang diserap dalam bentuk kerumitan ritmis dengan hitungan ganjil atau subdivisi yang berubah-rubah.

Myung, sebagai mantan pemain biola, tentu pernah terekspose terhadap musik ini, sekalipun tidak dapat dipastikan bahwa Myunglah pelopor kerumitan ritmis dalam musik Dream Theater. Sementara itu, dalam sintaks harmoni, Dream Theater tidaklah sekompleks beberapa band progresif lain yang mengadopsi eksplorasi avant garde atau harmonisasi voicing jazz, kromatisisme, atau atonalisme. Dream Theater lebih cenderung bertahan di harmoni fungsional dengan dasar diatonis (catatan: tidak semua musik barat diatonis) dan mempertahankan estetika industri musik pop modern. Oleh karenanya, Myung lebih banyak memainkan fungsi bas tradisional (lebih konservatif dibandingkan Chris Squire dan Geddy Lee), namun meningkatkan visibilitas auralnya dengan kedahsyatan teknis. Fungsi gitar bas terutama untuk memainkan metal riffs. Ia relatif jarang mengeksplorasi melodi dan harmoni dibandingkan beberapa bassist ternama lainnya.

Pun ketika tampil sebagai soloist, Myung cenderung menampilkan keterampilan teknis daripada aspek melodis untuk memperkuat harmoni, sementara ada sebagian bassist lain yang mengadopsi transkrip-transkrip solo John Coltrane dan jazz legend lainnya untuk mengembangkan aspek improvisasi mereka. Kemungkinan besar Myung pun pernah mempelajari transkrip-transkrip tersebut. Yang jelas, ia memainkan transkrip cello suite J.S. Bach. Namun, dalam kariernya ia cenderung tidak tampil demikian, melainkan ketika tiba saatnya tampil sebagai soloist, ia cenderung tampil sebagai rock virtuoso ala Eddie Van Halen (tetapi pada gitar bas). Tidak begitu kaya melodi atau harmoni tetapi sarat teknik seperti two handed tapping serta teknik memetik berkecepatan tinggi. Bukan berarti Myung tidak mampu melakukan eksplorasi melodi dan harmoni. Ia melakukannya juga secara sporadis. Namun, di deretan bassist kelas dunia, ia tidak menonjol sebagai spesialis dalam bidang tersebut.

Hal lain yang patut dicatat adalah keterlibatan Myung dalam desain instrumen yang digunakannya, yaitu gitar bas berdawai enam Yamaha RBXJM2 ("JM" pada RBXJM2 adalah inisial Myung). Myung memilih gitar bas berdawai enam (bukan hal baru) karena memiliki kisaran nada yang lebih lebar dari gitar bas standar berdawai empat. Myung memilih pickup (komponen penangkap frekuensi dawai) yang didesain oleh Seymour Duncan untuk menghasilkan warna suara yang dapat digunakan dengan fleksibel di studio rekaman dan dapat beradaptasi dengan berbagai situasi musikal. Di luar itu juga dilengkapi dengan 3 band EQ yang membuat Myung leluasa mengatur variasi suara.

John Myung adalah contoh seseorang yang berhasil mencapai prestasi dalam bidang dan cara yang diinginkannya. Musisi Indonesia dapat belajar dari kedisiplinan dan komitmen tinggi yang membuat Myung berhasil menjadi musisi besar.


Enjoy Musically


™SamueL_ALSTON_ChandrA™

Sekilas Mike Portnoy Dream Theater


Mike Portnoy telah lahir pada 20 April 1967 dan dibesarkan di Long Beach, New York, di mana dia dalam musik dimulai pada usia dini. "My father was a rock n' roll disc jockey, so I was always surrounded by music constantly. I had this huge record collection when I was real young and loved the Beatles and then later on Kiss. It was inevitable that I'd become a musician." "Ayah saya adalah seorang rock n 'roll disk joki, jadi saya selalu dikelilingi oleh musik terus. Saya telah merekam koleksi ini sangat besar ketika saya masih muda dan real loved the Beatles dan kemudian nanti Kiss. Ia pasti terjadi yang saya mau menjadi seorang musisi. "

Although Mike taught himself how to play the drums, he did take music theory classes in high school. Meskipun Mike diajarkan bagaimana dirinya untuk memutar drum, ia mengambil teori musik di kelas tinggi sekolah. During that time he began playing in local bands Intruder, Rising Power and Inner Sanctum, the latter of which released their own album. Selama waktu itu ia mulai bermain di band-band lokal pengacau, Rising Inner Power dan tempat, yang kedua yang dirilis album mereka sendiri. Mike left the band after being awarded a scholarship to attend Berklee Music College in Boston. Mike meninggalkan band setelah diberikan beasiswa untuk menghadiri Musik Berklee College di Boston.

An avid collector of many things, Mike has a vast array of Dream Theater memorabilia including bootlegs, posters, clippings and everything else under the sun with the band's name on it. An avid collector dari banyak hal, Mike memiliki luas array of Dream Theater memorabilia termasuk bootlegs, poster, kliping dan yang lainnya di bawah matahari dengan band's name on it. He is also responsible for capturing everything the band does on video tape and DAT. Dia juga bertanggung jawab untuk menangkap semua band tidak di video dan tape DAT. His huge video collection includes favorite films as 2001, A Clockwork Orange, Jacob's Ladder and The Wall along with episodes of The Simpsons and memorable boxing matches. Nya besar koleksi video termasuk sebagai film favorit 2001, J Orange lancar, Jacob's Ladder dan The Wall bersama episode of The Simpsons dan kenangan tinju cocok.

Mike says his biggest influences are Rush drummer Neil Peart and the late Frank Zappa. Mike mengatakan dia pengaruh terbesar adalah Rush drummer Neil Peart akhir dan Frank Zappa. Other favorites include drummers Terry Bozzio, Vinnie Colaiuta, Simon Philips, John Bonham and Keith Moon and bands such as The Beatles, Queen, Yes, Metallica, Jellyfish, Iron Maiden, U2 and Jane's Addiction. Favorit lainnya termasuk drummers Terry Bozzio, Vinnie Colaiuta, Simon Philips, John Bonham dan Keith Moon dan band seperti The Beatles, Queen, Yes, Metallica, Jellyfish, Iron Maiden, U2 and Jane's Addiction. He is also a fan of rap music. Ia juga seorang penggemar musik dari rap.

enjoy Musically

™SamueL_ALSTON_ChandrA™

Sekilas James Labrie Dream Theater


Kevin James LaBrie lahir di Penetanguishene, Ontario, Kanada, tanggal 5 Mei 1963. Ia lebih dikenal dengan nama James LaBrie (JLB) adalah seorang penyanyi / vokalis dari band progresif Amerika bernama Dream Theater sekaligus menjadi satu – satunya orang “asing” dalam band karena JLB adalah satu – satunya personil Dream Theater yang berkebangsaan Kanada. Selain menyanyi, JLB juga mampu bermain drum.

Bakat menyanyi JLB sudah terlihat saat ia masih kecil. Pada usia 3 tahun, JLB sudah mampu menyanyikan melodi lagu apapun sambil berjalan mengelilingi rumah meskipun kata – kata yang diucapkan masih salah. Terinspirasi oleh ayahnya, JLB mulai bermain drum dan menyanyi pada usia 5 tahun. Menginjak usia 6 tahun, JLB sangat bertujuan untuk meniru berbagai gaya vokal dan teknik - tekniknya. Sehingga suaranya sudah terdengar sangat matang untuk anak seusianya. Saat berada di sekolah dasar, JLB diikutkan dalam kelas menyanyi agar dapat berlatih lebih jauh. Ketika menginjak usia remaja, JLB sangat menyukai musik rock. Ia sempat beberapa kali menjadi drummer atau vokalis dari beberapa band. Namun, ia berpendapat bahwa menyanyi adalah keinginan utamanya. JLB pindah ke Toronto, Kanada, saat berusia 18 tahun.

JLB mulai mengikuti latihan vokal saat berusia 21 tahun dengan dilatih oleh seseorang bernama Rosemary Patricia Burns. Setelah menjadi vokalis dari beberapa band Kanada, JLB akhirnya menjadi vokalis band glam metal bernama Winter Rose. Winter Rose merilis album pertama dengan judul Self-Titled (1987). Kemudian seseorang bernama Pierre Paradis, seorang manajer band bernama Voi Vod, mendekati JLB dan mengajaknya untuk membuat album solo dengan label dari Aquarius Records. Dia juga memberitahu JLB bahwa ada sebuah band dari New York, Dream Theater, sedang mencari seorang vokalis. Kemudian JLB mengirimkan demo kaset Winter Rose pada Dream Theater. Dan seperti yang diketahui, setelah melalui proses audisi ketat dan menyingkirkan lebih dari 200 peserta, JLB akhirnya resmi menjadi vokalis Dream Theater, menggantikan vokalis sebelumnya, Charlie Dominici.

Pada saat awal bergabung dengan Dream Theater, JLB memilih menggunaan nama tengahnya, James, daripada nama depannya, Kevin. Hal ini dikarenakan di band tersebut sudah ada 1 nama Kevin (Kevin Moore). Dia tidak ingin ada 2 Kevin seperti 2 John yang sudah ada sebelumnya (John Petrucci dan John Myung). Album pertama Dream Theater bersama JLB atau album kedua bagi Dream Theater bertajuk Images and Words (1992) sangat sukses melambungkan nama Dream Theater dan nama James LaBrie sendiri. Dengan suaranya yang khas dan range vocal JLB yang tinggi sangat terlihat di lagu hits Another Day dan Take the Time sehingga mampu menyedot perhatian para fans Dream Theater. 2 tahun kemudian, Awake (1994) dirilis dan semakin menunjukkan eksistensi JLB sebagai “The Voice of Dream Theater” hingga saat ini.

Sayangnya, pada bulan Desember 1994, saat sedang berlibur di Kuba, JLB mengalami keracunan makanan. Hal ini membuat pita suara JLB rusak. Kemudian ia menemui 3 dokter spesialis. Semua dokter menganjurkan tidak ada cara lain untuk sembuh selain mengistirahatkan suaranya sebisa mungkin. Namun dia tidak dapat meninggalkan karirnya begitu saja. Dengan mengabaikan perintah dokter, pada bulan Januari 1995, JLB kembali ke atas panggung dalam Awake in Tour di Jepang. Memang kondisi suaranya sangat jauh dari normal (album Images and Words). Hingga akhir tahun 1997, JLB merasa suaranya sangat tidak normal. Tapi yang lebih parah pada tahun 2000, tur album Scenes from a Memory malah hampir menghancurkan suaranya secara keseluruhan. Saat itu ia merasa itu adalah saat – saat paling berat dalam hidupnya hingga ia ingin meninggalkan Dream Theater. Namun, para personil Dream Theater yang lain mendukungnya untuk tetap bertahan. Setelah tur album Six Degrees of Inner Turbulence, JLB merasa suaranya telah kembali dan disembuhkan oleh latihan dan waktu. Hal ini sangat terlihat saat live performance JLB di DVD Score : 20th World Tour Anniversary yang terdengar lebih clean. Efek dari rusaknya pita suara JLB adalah ia tidak dapat menyanyikan lagu – lagu yang mempunyai range nada tinggi, seperti Another Day, Surrounded, dan Take the Time. JLB harus menyanyikannya dengan nada yang berbeda dari original verse atau menghilangkan beberapa bagian lagu seperti pada lagu Take the Time di DVD Chaos in Motion 2007 / 2008.

Meskipun mempunyai peran besar dalam memberikan melodi vokal di setiap album Dream Theater, namun JLB memberikan sedikit peran dalam sisi musikal Dream Theater. Tercatat JLB hanya menulis lirik untuk paling sedikit 1 lagu di tiap album Dream Theater hingga saat ini. Kecuali di album Images and Words, JLB tidak menulis lirik untuk 1 lagu. Namun ada 1 lagu dimana seluruh personil termasuk JLB menyumbangan lirik untuk lagu tersebut yaitu, Take the Time. Namun, dari sedikit lirik yang ditulis JLB, sebagian besar memiliki makna yang cukup dalam. Dalam lagu Anna Lee dalam album Falling Into Infinity, isinya menggambarkan seorang anak yang menjadi korban kekerasan dalam keuarganya. Sementara lagu Blind Faith (album Six Degrees of Inner Turbulence) menceritakan tentang seseorang yang sudah tidak percaya kepada agamanya. Masih dalam album yang sama, JLB juga membuat lirik tentang masalah percintaan dalam lagu Disappear. Lirik tersingkat untuk sebuah lagu yang pernah dibuat JLB adalah 3 bait yaitu pada lagu Vacant dalam album Train of Thought. Dalam album Octavarium, JLB menceritakan keadaan dirinya saat pita suaranya rusak dalam part ke 2 dari 5 parts epic song, Octavarium, yaitu Medicate (Awakening). Kejadian 9 / 11 juga menjadi lahan lirik JLB. Hal tersebut tertuang dalam lirik lagu Sacrificed Sons, juga masih dalam album Octavarium. Untuk album terbaru Dream Theater, Systematic Chaos, JLB ikut urun dalam lagu Prophets of War yang menyinggung tentang invasi tentara AS ke Irak.

Selama bersama Dream Theater, JLB telah “meminjamkan” suaranya di beberapa penampilan. Tak lama setelah bergabung dengan Dream Theater, tahun 1991, JLB tampil sebagai background vocal dalam lagu Life in Still Water di album Fates Warning, Parallels. JLB juga hadir dalam beberapa album sebagai guest seperti pada Explorer’s Club (Age of Impact1998), Shadow Gallery (Tyranny1998), Trent Gardner (Leonardo: The Absolute Man2001), Explorer’s Club (Raising the Mammoth – 2002),Frameshift (Unweaving the Rainbow2003), Tom Donahue (Madmen & Sinners2004), Ayreon (The Human Equation – 2004), Henning Pauly (Babysteps2006), John Macaluso & Union Radio (The Radio Waves Goodbye – 2007) dan True Symphonic Rockestra (Concerto in True Minor – 2008). Beberapa tribute album juga pernah mencatatkan nama James LaBrie di dalamnya seperti Working Man (Rush Tribute – 1996), Dragon Attack (A Tribute to Queen – 1997), dan Encores, Legends & Paradox (A Tribute to the Music of ELP – 1999). JLB-pun telah membuat 3 album solo dengan nama yang berbeda – beda yaitu Mullmuzzler (Keep It Yourself – 1999), James LaBrie’s Mullmuzzler (Mullmuzzler 2 – 2001) dan James LaBrie (Elements of Persuasion – 2005). Uniknya JLB tidak pernah boleh menamai album pertamanya dengan nama Mullmuzzler. Akhirnya nama itu digunakan sebagai nama bandnya dan album pertamanya diberi judul Keep It Yourself. Baru pada album kedua nama itu digunakan sebagai nama album. Kebanyakan lirik lagu pada album Mullmuzzler ditulis melalui telepon. Musik yang ditawarkan pada album – album solo JLB tidak jauh dari musik progresif ala Dream Theater terutama album Elements of Persuasion yang sangat bernuansa progresif metal. Untuk album solonya yang keempat, kini sedang dipersiapkan.

Sisi musikal JLB dipengaruhi oleh band – band seperti Metallica, Aerosmith, Van Halen, Journey dan Judas Priest. Begitu juga dengan komposer – komposer seperti Beethoven, Vivaldi dan Mozart yang menjadi favoritnya. Sedangkan vokalis – vokalis yang menjadi influence-nya antara lain Steve Perry, Freddie Mercury, Sting, Paul Rodgers dan Nat King Cole.

JLB juga tidak lepas dari kritik. Sebagian besar kritikan yang ditujukan padanya adalah tentang suaranya yang tidak bisa seperti dulu lagi. Banyak yang menyangsikan hal tersebut karena akibatnya Dream Theater kini jarang membawakan lagu – lagu jaman “dahulu”. Ditambah usia yang semakin menua, membuat suara JLB agak sedikit lebih berat. Untuk recording mungkin kualitas suara JLB masih bisa terjaga, namun untuk live performance, terutama tur Chaos in Motion 2007 – 2008, suara JLB kembali mengalami penurunan. Suaranya justru terdengar lebih “cempreng” dan terlalu banyak vibrasi di nada – nada tinggi. Apapun kekurangannya, toh JLB masih menjadi satu dari beberapa vokalis yang paling digemari dalam musik progresif. Sebagai “The Voice of Dream Theater” dan tampil sebagai guest dalam beberapa side projects, JLB telah banyak membantu mendefinisikan musik progresif untuk masa yang akan datang. Range vokal yang luar biasa (awalnya) dan suara yang khas serta penampilannya di atas panggung membuat JLB mendapat penghargaan dan tempat tersendiri dari para fans.


Enjoy Musically


™SamueL_ALSTON_ChandrA™

Fall Out Boy History...


Fall Out Boy (biasa disingkat FOB) adalah band rock alternatif yang dibentuk pada tahun 2001 di Chicago, Amerika Serikat. Beranggotakan Patrick Stump (vokalis/vitaris), Pete Wentz (bassis), Joe Trohman (gitaris), dan Andy Hurley (drummer).

Fall Out Boy telah memenangkan sejumlah penghargaan untuk album major label pertama mereka, From Under the Cork Tree, yang dirilis pada tahun 2005. Album ini telah meraih platinum ganda setelah mencapai angka penjualan lebih dari 2,5 juta album di Amerika Serikat saja. Fall Out Boy tumbuh di scene hardcore di kawasan Chicago, Illinois, sekitar periode 2001. Tahun berikutnya, mereka menelurkan album berjudul Fall Out Boy's Evening Out With Your Girlfriend, yang tidak begitu diterima pasar musik di Amerika Serikat. Namun album tadi menjadi tonggak bagi Fall Out Boy untuk berkarya di dunia musik. Album selanjutnya, Take This To Your Grave, menyita perhatian dunia musik di Amerika Serikat. Dengan hit semacam Grand Theft Autumn, Saturday, serta Dead on Arrival, Fall Out Boy sukses merebut hati Island Record.Bersama Island Record, Fall Out Boy menghasilkan From Under The Cork Tree (2005), Infinity On High (2007), serta Folie A Deux (2008).


Enjoy Musically


™SamueL_ALSTON_ChandrA™

Karakteristik Penulisan Lagu Dream Theater


Beberapa teknik penulisan lagu yang unik telah dilakukan oleh Dream Theater, yang kebanyakan terjadi di masa - masa sekarang, ketika mereka bisa bereksperimen dengan label rekaman mereka sendiri.
Dimulai dengan Train of Thought, Dream Theater sudah memulai memasukkan elemen - elemen kecil dan tersembunyi di musik mereka, dan memuat elemen tersebut kepada peminat yang lebih fanatik. Karakteristik yang paling terkenal (yang biasa disebut "nugget") tersembunyi di "In the Name of God", yang merupakan sandi morse dari "eat my ass and balls" (makan pantatku dan penisku), yang merupakan kata - kata terkenal dari Mike Portnoy. Sejak saat itu, banyak peminat - peminat Dream Theater mulai berusaha menemukan hal - hal kecil yang biasanya tidak menarik bagi peminat biasa.
Beberapa dari teknik mereka yang terkenal termasuk:
• Suara dari fonograf di akhiran dari "Finally Free" di album Scenes from a Memory adalah suara yang sama di awalan "The Glass Prison" di album berikutnya, Six Degrees of Inner Turbulence. Dan akhiran kunci terakhir di "As I Am" sama dengan kunci yang digunakan di album selanjutnya, Train of Thought. Juga, not piano yang dimainkan di akhiran "In the Name of God" di 'Train of Thought adalah not yang sama dengan pembukaan "The Root of All Evil" di album berikutnya, Octavarium.
• Tiga bagian dari "The Glass Prison" di Six Degrees of Inner Turbulence, dua bagian dari "This Dying Soul" di Train of Thought dan dua bagian dari "The Root of All Evil" di Octavarium menunjukkan tujuh poin pertama dari dua belas poin - poin di program Alcoholics Anonymous oleh Bill Wilson, yang mana program itu diikuti oleh Mike Portnoy. Ia juga berkata bahwa ia akan membuat lagu - lagu lain yang memuat lima program lainnya, yang akan ditujukan untuk Wilson
• Dream Theater kadang menggunakan teknik penulisan lagu dimana bagian - bagian dari sebuah lagu dikembangkan tiap kali mereka dimainkan. Contohnya, lagu "6:00" dari Awake. Setelah awalan lagu, mereka hampir memainkan chorus, tapi mengulang lagu tersebut dari awalan lagi (di menit 1:33). Dan ketika chorus sudah seharusnya dimainkan pada saat berikutnya, mereka mengulang lagi dari awalan, di menit 2:11. Teknik ini bisa juga ditemukan di "Peruvian Skies", "Blind Faith" dan "Endless Sacrifice"
• Penggunaan notasi yang berulang - ulang juga digunakan, yang sudah dikenal dari lagu - lagu Charles Ives, contohnya:
o Tema lagu "Wait for Sleep" muncul di "Learning to Live" (menit 8:11) dan juga muncul dua kali di "Just Let Me Breath" (menit 3:39 dan 5:21)
o Tema lagu "Learning to Live" muncul di "Another Day" (menit 2:53)
o Tema lagu "Space-Dye Vest" digunakan beberapa kali di album Awake.
o Tema pembukaan dari "Erotomania" digunakan di "Voices" di Awake (menit 4:51).
o Satu dari melodi - melodi di "Metropolis Pt 1 (The Miracle and the Sleeper)" diulang di chorus kedua di "Home" dari Metropolis Pt 2 (Scenes From A Memory), dengan cuma pengubahan satu kata. Beberapa lirik dari "Metropolis Pt 1" just digunakan di "Home". Pada dasarnya, keseluruhan album "Scenes From A Memory" penuh dengan musikal/lirikal/konseptual variasi dari elemen - elemen musikal dari "Metropolis Pt 1" dan "The Dance of Eternity" sebenarnya dibangun dari variasi - variasi elemen musik di lagu - lagu dalam album tersebut.
o Bagian - baguan dari tiap lagu di album "Octavarium" telah digunakan di bagian kelima dari lagu berjudul sama, "Octavarium".
• Six Degrees of Inner Turbulence, studio album ke enam mereka, memuat enam lagu dan mempunyai karakter - karakter angka enam di judul - judul lagunya. Train of Thought, studio album ke tujuh mereka, memuat tujuh lagu. Octavarium, studio album ke delapan mereka memuat delapan lagu dan judul albumnya diambil dari kata octo, yang merupakan kata Latin yang berarti delapan, berarti satu oktaf dari istilah musik, yang mana merupakan jarak dari satu not ke not lain adalah delapan not di tangga nada diatonik. Judul lagi dari CD ini adalah 24 menit, kelipatan dari 8. Halaman depan albumnya juga memuat karakter - karakter yang berhubungan dengan 5 dan 8. Contohnya, satu set dari kotak - kotak putih dan kotak - kotak hitam, mempunyai arti satu oktaf dari piano.
• Lagu "Octavarium" dulunya ingin diakhiri dengan seruling yang bergema serupa dengan awalan lagu tersebut. Namun diganti dengan not piano yang sama dari awalan album Octavarium. Mike Portnoy telah mengatakan bahwa seri awalan - akhiran album akan berhenti disini, karena album ke sembilan mendatang tidak akan diawali dengan akhiran "Octavarium"
• Analisis detil tentang "nugget" di "Octavarium" (disebut oleh Mike Portnoy sebagai "sebuah nugget raksasa") telah dipublikasikan di sebuah situs independen.
• Systematic Chaos Album ini di release per-5 Juni 2007 dengan 2 model design sampulnya.
Yang reguler bergambar interchange jalan tol dengan warna hijau pucat kekuning-kuningan sementara yang special edition bergambar traffic light yang digantung diatas kawat berduri dengan background warna oranye kehitaman.
album ini tetap berpegang pada progressive dengan corak baladda yang di mix dengan epic-metal alla metallica. Lirik pada album ini agakberbeda dengan album2 terdahulu, disini DT menghadirkan beberapa lirik tentang fantasi mereka, tetapi lirik tentang personal tetap mereka pertahankan.

Enjoy Musically

™SamueL_ALSTON_ChandrA™

Dream_Theater History lhar...


Sapa yang ga tw tentang band kelas dunia ini?
Dream theater mungkin sudah tidak asing di telinga dunia
tapi
bagaimana pembentukan Band kelas dunia ini?
Check This Out...



Dream Theater dibentuk pada bulan September 1985, ketika gitaris John Petrucci dan bassis John Myung memutuskan untuk membentuk sebuah band untuk mengisi waktu luang mereka ketika bersekolah di Berklee College of Music di Boston. Mereka lalu bertemu seorang pemain drum, Mike Portnoy, di salah satu ruang latihan di Berklee, dan setelah dua hari negosiasi, mereka berhasil mengajak Mike Portnoy untuk bergabung. Setelah itu, mereka bertiga ingin mengisi dua tempat kosong di band tersebut, dan Petrucci bertanya kepada teman band, Kevin Moore, untuk menjadi pemain keyboard. Dia setuju, dan ketika Chris Collins diajak untuk menjadi vokalis, band tersebut sudah komplit.
Dengan lima anggota, mereka memutuskan untuk menamai band tersebut dengan nama Majesty. Menurut dokumentasi DVD Score, mereka berlima sedang mengantri tiket untuk konser Rush di Berklee Performance Center ketika mendengarkan Rush dengan boom box. Portnoy lalu berkata bahwa akhiran dari lagu tersebut (Bastille Day) terdengar sangat "majestic". Pada saat itulah mereka memutuskan Majesty adalah nama yang bagus untuk sebuah band, dan tetap bagus sampai sekarang.
Pada saat - saat tersebut, Portnoy, Petrucci dan Myung masih berkutat dengan kuliah mereka, juga dengan kerja paruh waktu dan mengajar. Jadwal mereka menjadi kiat ketat sehingga mereka harus memutuskan antara mengejar karir di bidang musik atau mengakhiri band Majesty. Namun akhirnya Majesty menang dan mereka bertiga keluar dari Berklee untuk berkonsentrasi di karir musik. Petrucci mengomentari tentang hal ini di dokumentasi DVD Score, berkata bahwa saat tersebut sangat susah untuk meminta kepada orang tuanya untuk pergi ke sekolah musik. Dan lebih susah lagi untuk menyakinkan orang tuanya agar ia boleh keluar dari sekolah.
Moore juga akhirnya keluar dari sekolahnya, SUNY Fredonia, untuk berkonsentrasi dengan band tersebut.Sedangkan nama Dream Theater dipakai oleh mereka sebagai nama yang beru ketika mereka sedang melakukan pertunjukan,terdapat nama band asal Las Vegas yang sama dengan nama band mereka yaitu majesty,dan band asal Las Vegas ini telah lebih dulu menggunakan nama Majesty dan telah dipatenkan dan kemudian atas saran dari ayah Mike Portnoy ayahnya mengusulkan menggunakan nama Dream Theater,nama ini diambil dari nama sebuah gedung pertunjukan Monterey, California,kemudian mereka menyetujui untuk mengganti nama dengan nama Dream Theater sampai sekarang ini.Setalah mengganti nama band mereka,kemudian mereka juga mengganti logo band mereka yang sekarang dikenal sebagai majesty logo, majesty logo ini dibuat oleh Charlie domichi vokalis pertama meraka yang diambil dari simbol Mary Queen of Scots,dan di modifikasi oleh charlie sehingga terbentuklah majesty logo seperti sekarang ini,dan majesty logo ini pertama kali digunakan dalam album pertama mereka yaitu When Dream And Day Unite,dan majesty logo ini merupakan sebuah artwork pertama mereka dalam album tersebut,dan logo majesty ini pertama kali digunakan oleh Mike Portnoy dan Charlie Dominichi sebagai tato di lengan mereka.

Enjoy Musically

™SamueL_ALSTON_ChandrA™

Sekilas Vokalis pertama Dream Theater: Charlie Dominichi

Charlie Dominici lahir tanggal 16 Juni 1951 di Brooklyn, New York. Ia dikenal sebagai vokalis Dream Theater, menggantikan Chris Collins (saat band ini masih bernama Majesty) dan kemudian digantikan oleh James LaBrie.

Charlie sebenarnya sangat menonjol sebagai anggota Franke and the Knockouts, dimana ia bermain gitar dan bertugas menjadi ‘backing vocal’. Ia mengikuti audisi Dream Theater tahun 1987 dan akhirnya direkrut di bulan November pada tahun yang sama.

Charlie tampil dalam debut album Dream Theater, 1989, ‘When Dream and Day Unite’. Usia Charlie yang lebih tua dibanding anggota band lainnya dan adanya perbedaan pribadi dan kreativitas yang dimilikinya membuat DT memecat Charlie. Ia memang penyanyi yang berbakat tapi karakter vokalnya yang cenderung nge-pop dirasa tidak cocok dengan komposisi band yang beraliran progressive. Mengacu pada penjelasan Mike Portnoy ‘seperti Billy Joel menyanyi di band Queensryche.’ Penyanyi bagus di band yang salah, kira-kira seperti itu

Charlie tetap berhubungan baik dengan DT sepanjang karirnya, meskipun telah menjadi manajer keuangan bisnis automobile. Bahkan Mike Portnoy menyewa Charlie untuk menyanyi pada pesta pernikahannya dengan Marlene Apuzzo.

Charlie sempat pula menggarap sebuah album bersama kakaknya, gitaris Kane Daily, sebuah album yang dianggap tidak sukses. Tahun 2003 Charlie merilis sebuah lagu berjudul ‘Now The Time Has Come’ dalam website-nya, tapi lagu yang hanya menampilkan suara piano ini dicopot dari website setelah beberapa bulan.

Suara Charlie bisa juga kita dengar di album ‘When Dream and Day Unite Demos’ keluaran Ytsejam records. Album yang menampilkan lagu-lagu sebelum produksi dan demo vokal dari beberapa lagu. Charlie juga pernah menyanyikan lagu-lagu The Beatles dan lagu tradisional Natal ‘O Holy Night’

6 Maret 2006, Charlie bergabung kembali dengan DT di Los Angeles untuk pertama kalinya setelah 15 tahun untuk sebuah penampilan spesial merayakan hari jadi album pertama DT, WDaDU . Setelah DT menampilkan seluruh album, mereka pun memainkan lagu ‘To Live Forever’, sebuah track non-album yang ditulis pada periode yang sama, kemudian James LaBrie memanggil Charlie untuk yang menyanyikan lagu itu. DT lalu membawakan ‘Metropolis’ yang juga ditulis di periode yang sama dengan WDaDU dan ‘To Live Forever’. Charlie dan James pun berduet membawakan Metropolis. Jordan Rudess dan Derek Sherinian juga duet bermain kibord.

Penampilan ini kemudian dirilis oleh YtseJam records dalam bentuk CD dan DVD yang bertajuk “When Dream and Day Unite Reunite’. Versi DVD –nya menampilkan juga ‘footage’ saat DT melakukan tour dengan Charlie di tahun 1989.

Meskipun sudah tidak aktif bernyanyi sejak meninggalkan DT tahun 1989, penampilan ini ternyata membuatnya gatal untuk membuat musik lagi. Tahun 2005, ia merilis album solo berjudul ‘03: A Trilogy, Part One’, album pertama dari konsep tiga album.

Saat ini Charlie sudah menandatangani kontrak untuk merilis album lebih luas lagi dengan label ‘InsideOut Music’ untuk ‘angsuran’ kedua dari album trilogy-nya, ‘03:Trilogy, Part Two’, yang dirilis bulan Februari 2007. CD ini jauh lebih ‘heavy’ dan ‘progressive’ dibanding album sebelumnya, dan direkam dengan format ‘full band’ dengan nama ‘Dominici’

Dominici menjadi band pembuka DT pada tiga pagelaran Chaos in Motion World Tour di bulan Juni 2007.

22 April 2008, Dominici merilis ‘angsuran’ terakhir dari trilogy-nya dengan tajuk ‘03: A Trilogy, Part Three’. Namun setelah itu Charlie seperti tidak memperlihatkan ketertarikan untuk membuat konsep album lagi


Diskografi dan anggota band

Ø dengan Franke and the Knockouts

· Franke and the Knockouts (1981)

* Franke Previte - vokal
* Billy Elworthy - lead dan ritem gitar
* Blake Levinsohn - kibord
* Tommy Ayers - kibords, backing vokal
* Leigh Foxx - bas
* Claude LeHenaff - dram
* Charlie Dominici: - backing vokal



Ø dengan Dream Theater

· When Dream and Day Unite (1989)

* Mike Portnoy – dram
* John Petrucci – gitar
* John Myung _ bas
* Kevin Moore – kibord
* Charlie Dominici – vokal


· When Dream and Day Unite Demos (2004)

* Mike Portnoy – dram
* John Petrucci – gitar
* John Myung _ bas
* Kevin Moore – kibord
* Charlie Dominici – vokal

· When Dream and Day Reunite (CD and DVD) (2005)

* Mike Portnoy – dram
* John Petrucci – gitar
* John Myung _ bas
* James LaBrie – vokal
* Jordan Rudess - kibord
* Charlie Dominici – vokal
* Derek Sherinian - kibord



Ø dengan Dominici

· O3: A Trilogy, Part One (2005)

* Charlie Dominici – akustik gitar, harmonika, vokal


· O3: A Trilogy, Part Two (2007)

* Charlie Dominici - vokal
* Brian Maillard - gitar
* Yan Maillard - dram
* Riccardo "eRik" Atzeni - bas
* Americo Rigoldi - kibord

· O3: A Trilogy, Part Three (2008)

* Charlie Dominici - Vokal
* Brian Maillard - Gitar
* Yan Maillard - Dram
* Riccardo "eRiK" Atzeni - bas
* Americo Rigoldi - Kibord

sekilas John Petrucci

John Peter Petrucci lahir di Kings Park, Long Island, New York, Amerika Serikat pada tanggal 12 Juli 1967. Petrucci dikenal sebagai seorang gitaris sekaligus sebagai salah satu pendiri grup band progressive metal dari Amerika Serikat, Dream Theater. Petrucci juga terlibat langsung sebagai produser dalam album-album Dream Theater sejak tahun 1999 atau sejak album konsep Metropolis part II : Scenes from a Memory bersama drummer, Mike Portnoy. Selain sebagai gitaris dan produser, Petrucci juga dikenal sebagai pembuat lirik lagu - lagu Dream Theater. Spesialisasi teknik gitar Petrucci adalah alternate picking.

Petrucci tumbuh dalam keluarga yang mencintai musik. Hal ini terlihat dari seluruh saudaranya yang menjadi pemusik. Sedangkan Petrucci sendiri akhirnya memilih gitar sebagai instrumen pilihannya. Petrucci mulai bermain gitar sejak usia 12 tahun. Dia menghabiskan waktu kira-kira enam jam dalam satu hari untuk berlatih gitar. Tidak berbeda dengan anak-anak lain, Petrucci kecil juga mempunyai idola. Dia sangat terpengaruh oleh permainan gitaris-gitaris seperti Yngwie Malmstein, Steve Morse, Steve Howe, Steve Vai, Stevie Ray Vaughan, Al Di Meola, Alex Lifeson dan Allan Holdsworth. Dia menyebut para idolanya dengan sebutan “the Steves and the Als”. Dia juga terpengaruh oleh band - band seperti Rush, Yes, Iron Maiden, The Dregs, hingga Metallica. Sewaktu kecil, Petrucci pernah membuat sebuah band bersama sahabatnya, Kevin Moore. Setelah lulus dari SMA, Petrucci memilih untuk masuk ke sekolah musik, Berklee College of Music di Boston.

Perjalanan karir Petrucci dimulai saat dia kuliah di Barklee. Petrucci dan sahabatnya saat SMA, John Ro Myung, mempunyai ide untuk membentuk sebuah band untuk mengisi kekosongan saat kuliah. Mereka bertemu dengan drummer Michael “Mike” Stephen Portnoy di salah satu ruang latihan di Berklee dan setelah dua hari negosiasi akhirnya Mike setuju untuk bergabung. Posisi keyboard ditempati oleh sahabatnya waktu kecil dulu, Kevin Moore. Sedangkan Chris Collins terpilih menjadi vokalis. Terbentuklah sebuah band yang diberi nama Majesty. Majesty sendiri sempat membuat demo album. Namun ternyata Majesty tidak bertahan lama. Dengan alasan berbeda aliran musik, Chris Collins mengundurkan diri. Tempatnya digantikan oleh Charlie Dominici. Ternyata nama Majesty-pun telah digunakan oleh band lain. Oleh karena alasan itu, Petrucci, Myung, Portnoy, Moore dan Dominici, sepakat untuk mengganti nama band mereka menjadi Dream Theater. Dream Theater sendiri diambil dari nama sebuah gedung bioskop favorit ayah Mike Portnoy yang bernama Dream Theatre. Ejaan Amerika yang berbeda membuat kata theatre berubah menjadi theater.

Petrucci bersama Dream Theater merilis album pertama When Dream and Day Unite tahun 1987. Nama Petrucci mulai dikenal banyak orang ketika album kedua Dream Theater, Images and Words, yang dirilis tahun 1992, mendapat respon bagus oleh masyarakat Amerika. Video klip lagu Pull Me Under muncul di MTV dan diputar di radio. Album ini juga menelurkan hits seperti Another Day dan Take the Time yang membuat Dream Theater semakin dikenal. Kemudian diikuti dengan konser - konser Dream Theater dari dalam negeri hingga luar negeri. Hingga saat ini Dream Theater telah merilis 9 studio album, 5 rekaman live, dan 7 album single. Namun Dream Theater juga tidak lepas dari masalah. Dari mulai konflik internal, gonta - ganti personil, hingga masalah dengan label rekaman pernah dihadapi. Akhirnya formasi yang terbentuk dari tahun 1999 hingga saat ini adalah John Petrucci (gitar), John Myung (bass), Mike Portnoy (drum), James LaBrie (vokal) dan Jordan Rudess (keyboard). Bersama label baru, Road Runner, Dream Theater merilis album ke-9 pada tahun 2007 lalu yang diberi judul Systematic Chaos.

Tahun 1995, Petruuci membuat sebuah instructional video,berjudul Rock Discipline. Dalam video tersebut, Petrucci menjelaskan teknik - teknik bermain gitar untuk para pemula. Pada tahun yang sama, Petrucci juga terlibat sebagai kolumnis pada edisi majalah Guitar World, Wild Stringdom Series. Sebuah buku dengan judul yang sama juga akhirnya diterbitkan sebagai sebuah kumpulan dari lessons yang terdapat dalam majalah tersebut.

Selain bersama Dream Theater, Petrucci juga mempunyai side projects. Bersama Mike Portnoy (drum), Jordan Rudess (keyboard) dan Tony Levin (bass / chapman stick), mereka membentuk grup band instrumental bernama Liquid Tension Experiment (LTE). LTE menghasilkan dua album yang cukup sukses yaitu Liquid Tension Experiment I (1998) dan Liquid Tension Experiment II (1999). Petrucci dan istrinya, Rena Sands, mendirikan sebuah label musik sendiri dengan nama Sound Mind Music tahun 2000. Album pertama yang dirilis oleh label milik Petrucci tersebut adalah album duet antara John Petrucci (gitar akustik / elektrik) dan Jordan Rudess (piano / keyboard) dengan judul An Evening with John Petrucci and Jordan Rudess. Pada tahun 2001, Petrucci berkesempatan untuk ikut serta dalam konser G3 di Amerika Utara bersama “dewa-dewa gitar” seperti Joe Satriani dan Steve Vai. Dalam konser G3, Petrucci dibantu oleh Mike Portnoy (drum) dan Dave LaRue (bass). Petrucci melanjutkan konser G3 pada tahun 2005 di Mexico dan Jepang bersama Joe Satriani, Eric Johnson, dan Steve Vai, kemudian di Amerika Selatan, kembali bersama Satriani dan Vai. Sedangkan untuk tahun 2007, Joe Satriani, Paul Gilbert, dan John Petrucci berkumpul dalam konser G3 di Amerika Utara. Petrucci juga dipercaya untuk mengisi part gitar album - album lain, seperti pada album solo keyboard Jordan Rudess, Feeding the Wheel (2001) dan pada lagu Czar of Steel di album solo keyboard Derek Sherenian (ex-keyboardis Dream Theater), Blood of the Snake (2006). Selain itu dalam album Marty Friedman, Loudspeaker (2007), Petrucci hadir sebagai Special Guest Guitarist. Petrucci juga pernah mengisi soundtrack video game Sega Saturn : Necronomicon. Dalam game tersebut, Petrucci membuat dua lagu dan kemudian diberi judul Prologue dan Epilogue. Selain itu Petrucci juga cukup aktif mengadakan guitar clinic di berbagai tempat. Petrucci merupakan voting member dari NARAS (National Academy of Recording Arts and Sciences), yaitu suatu akademi pencetus ajang penghargaan musik bergengsi di Amerika Serikat, Grammy Award.

Tahun 2005, Petrucci merilis album solo gitarnya yang pertama dengan nama Suspended Animation. Album solo ini diproduseri oleh Petrucci sendiri dan bernaung di bawah labelnya, Sound Mind Music. Dalam pembuatannya yang memakan waktu hingga empat tahun, Petrucci dibantu oleh Dave LaRue (bass), Dave DiCenso (drum) dan seorang re-mixer, Tony Verderosa. Album ini juga di-mixed oleh Kevin Shirley yang merupakan mix engineer album-album Dream Theater. Beberapa lagu dalam album tersebut adalah lagu yang pernah dibawakan Petrucci saat konser G3.

Selain piawai bermain gitar, Petrucci juga piawai membuat lirik. Tema yang diangkat antara lain fantasi, filosofi, keluarga, dll. Masalah agama juga tak lepas dari jangkauan lirik lagunya. Dalam lagu In the Name of God (album Train of Thought), Petrucci mengkritik para ahli agama yang mengatasnamakan Tuhan untuk membenarkan segala bentuk kekerasan. Petrucci juga pernah membuat lirik untuk ayahnya yang terserang kanker otak dalam lagu Another Day dan mededikasikannya dalam lagu Take Away My Pain (album Falling Into Infinty)setelah ayahnya meninggal. Untuk lagu – lagu yang bertemakan filosofi banyak terdapat dalam album Metropolis part II : Scenes from a Memory seperti lagu The Spirit Carries On dan Beyond This Life. Petrucci juga banyak menyoroti masalah kejiwaan / psikologis dalam lagu – lagu di album Six Degrees of Inner Turbulence. Pada album Systematic Chaos, Petrucci mengangkat tema fiksi seperti cerita tentang monster, vampire, roh / arwah, dalam lirik - liriknya yang terilhami dari beberapa komik dari berbagai negara.

Sebagai seorang gitaris dunia, Petrucci telah memperoleh beberapa penghargaan. Tahun 1992, Petrucci di-endorse oleh Ibanez Guitar untuk memakai produk gitar mereka. Oleh Ibanez, Petrucci dibuatkan signature guitar model, yaitu Ibanez JPM100 P1, P2, P3, P4 dan JPM 90th Anniversary. Tahun 1999, Petrucci memutuskan pindah dari Ibanez ke Ernie Ball / Music Man. Sama seperti waktu di Ibanez, Petrucci kembali dibuatkan gitar pribadi dengan nama EB/MM John Petrucci BFR Series. Gitar tersebut digunakannya hingga saat ini. Petrucci juga dipercaya untuk memakai produk-produk dari DiMarzio (pickups), Ernie Ball (strings), Axess Electronics (foot controller), Boss (effects), Dunlop (plectrum, wah effect), dan Mesa Boogie (cabinets, amplifiers). Solo gitarnya pada lagu Under a Glass Moon masuk dalam 100 solo gitar terbaik sepanjang masa. Profil Petrucci pernah ditampilkan dalam majalah Guitar Player edisi Oktober 2007. Majalah Total Guitar menobatkan Petrucci sebagai ”Guitarist of the Year 2007″. GuitarOne bahkan menempatkan John Petrucci pada rangking ke-9 “Greatest Shredder of All Time”.

Enjoy Musically


™SamueL_ALSTON_ChandrA™

Dream_Theater Biography lhar...





Dream Theater yang awalnya bernama Majesty ini dibentuk di New York tahun 1985. Berawal dari kolaborasi John Myung (bas), John Petrucci (gitar) dan Mike Portnoy (drum) yang belajar di sekolah musik Berklee College of Music, mereka kemudian merekrut Kevin Moore (keyboard) dan Chriss Collings (vokal). Grup ini kemudian berganti nama menjadi Dream Theater lantaran ada grup lain yang juga bernama Majesty dan menuntut agar mereka berganti nama.

Album pertama mereka, WHEN DREAM AND DAY UNITE dirilis dirilis oleh Mechanic Records tahun 1989. Album ini gagal menembus pasaran dan mengakibatkan tour promo Dream Theater juga dibatasi hanya di sekitar New York saja. Terjadi perubahan formasi setelah album pertama ini. Album kedua mereka IMAGES AND WORDS dirilis dengan James LaBrie yang mengisi vokal.

Tahun 199, Jordan Rudess masuk mengisi posisi keyboardist dan tahun yang sama Dream Theater melepas album METROPOLIS PT. 2: SCENES FROM A MEMORY.

Album-album Dream Theater termasuk jarang yang laku keras. Hanya album IMAGES AND WORDS yang tercatat meraih gold album. Namun berbeda dengan live album mereka yang ternyata lebih sukses de pasar. 4 live album mereka malah mencetak platinum album buat Dream Theater.

Dream Theater tercatat merilis 10 studio album, 5 live album, dan 1 album kompilasi selama berkarir lebih dari 20 tahun. Dengan fomasi terakhir James LaBrie (vocal), John Myung (bass), John Petrucci (guitar), Mike Portnoy (drums), dan Jordan Rudess (keyboard) terakhir mereka melepas album SYSTEMATIC CHAOS 2007 kemarin.

Enjoy Musically

™SamueL_ALSTON_ChandrA™